ok Deh. Mudah2an jadi hikmah buat yg lain..
Gini nih Om masalah nya :
Bulan awal Agustus yll, setelah liat iklan di koran ttg ada sebuah perumahan yg akan dibangun, gue & istri tertarik. Maka gue coba hubungi tu nomer developer & liat lokasinya.
waktu pembicaraan dengan developer, beliau sempat nunjukin site plan dan floor plan, plus konsep perumahan tersebut. Standar lah. Singkat kata, gue pikir ini bagus untuk rumah masa depan. Sebenernya secara fisik perumahan itu belum ada. Waktu itu, dan sampai saat ini pun masih berbentuk sebuah rumah tua. Menurut si developer, dari luas rumah tersebut yg 800 m2, akan dibagi menjadi sekitar 7 unit rumah (model town house). Ok lah.
Saat pilih kapling, hanya tersisa 2 kapling. Makanya si Developer menyarankan untuk bayar booking fee. Pada saat tanda tangan bukti pembayaran booking fee, di paling bawah ada catatan : Pembayaran uang muka harus dibayar paling tidak 7 hari setelah pembayaran booking fee. So far masih Ok. Dan 7 hari kemudian uang muka pun menyusul. Dari situ proses lampiran syarat2 juga menyusul dan masih ok. Tapi 1 bulan setelah semua syarat2 masuk, baru mulai keliatan ada masalah. Tu rumah belom juga keliatan wujud. Sementara disisi lain tingkat suku bunga KPR makin melambung. Dari yg pertama 11% , terakhir 14,5%. Gak tau sekarang.
Selidik punya selidik ternyata si Developer bermasalah dengan si pemilik rumah. Anak & Istri pemilik rumah gak mau rumah itu dijual. Sehingga mereka memilih bertahan. Dampaknya eksekusi bangunan jadi terhambat.
Disisi lain, gue merasa ini gak fair untuk gue sbg client. Gue terkatung2. Untung masih bisa numpang di rumah ortu. Plus, gue harus menanggung biaya bunga yg semestinya bisa lebih kecil. Masalah developer sih menurut gue bukan problem gue. Dia sih enak. Dari jumlah uang muka para client yg masuk aja, dia bisa menikmati bunga dari situ.
Yg gue mau tanyakan : apa yang bisa gue lakukan dengan situasi tidak menguntungkan ini terhadap si developer tersebut ??...
Demikian Om. Sebelumnya terima kasih banyak atas bantuan nya.